Abu Lahab, Lahir di Mekkah, dan merupakan putra dari Abdul Muthalib atau kakek Rasulullah,  nama asli beliau adalah Abdul ‘Uzza bin ‘Abdil Mutholib, Ia dijuluki Abu Lahab karena wajahnya yang merah. Islam sendiri menyebutnya sebagai ‘bapak api’. 

Hidup selama 12 tahun setelah agama Islam berdiri. Ia melihat banyak tokoh terkemuka, termasuk beberapa saudaranya seperti Umar bin Khattab, memeluk Islam. Namun, ia tak tergerak untuk masuk Islam.

Bahkan Abu Lahab menjadi orang yang dengan terang terangan membenci dakwah nabi Muhammad Saw, 

“Dari Ibnu Abbas bahwa suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju Bathha`, kemudian beliau naik ke bukit seraya berseru, 

“Wahai sekalian manusia.” 

Maka orang-orang Quraisy pun berkumpul. Kemudian beliau bertanya, 

“Bagaimana, sekiranya aku mengabarkan kepada kalian, bahwa musuh (di balik bukit ini) akan segera menyergap kalian, apakah kalian akan membenarkanku?” 

Mereka menjawab, “Ya.” 

Beliau bersabda lagi, 

“Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian. Sesungguhnya di hadapanku akan ada adzab yang pedih.” 

Akhirnya Abu Lahab pun berkata,

 “Apakah hanya karena itu kamu mengumpulkan kami? Sungguh kecelakanlah bagimu.” Maka Allah menurunkan firman-Nya: “TABBAT YADAA ABII LAHAB..” Hingga akhir ayat.” (HR. Bukhari no. 4972 dan Muslim no. 208)

Mulanya, ia begitu mencintai keponakannya itu (Rasulullah SAW),  Ia bahkan mengirimkan salah seorang pembantunya untuk menyusui keponakannya. Ia juga menikahkan kedua putranya dengan putri Rasulullah, Ummu Kultsum dan Ruqayyah.

Namun, setelah wahyu pertama Al-Qur’an diturunkan, Abu Lahab jadi sangat membenci Nabi Muhammad. Ia bahkan meminta kedua putranya untuk menceraikan Ummu Kultsum dan Ruqayyah.

Abu Lahab akan melawan saat Rasulullah berkata pada kaumnya, “Wahai kaumku, katakan tidak ada tuhan selain Allah”. Ia akan memberitahu orang-orang untuk tidak mempercayai Rasulullah.

Tidak hanya Abu Lahab, istrinya, Ummu Jamil Aura’ juga membenci Nabi Muhammad SAW. Suatu ketika, ia pernah meletakkan duri dan kayu di jalan yang sering dilalui Rasulullah SAW untuk mencelakainya. 

Karena perangai yang kejam, sosok Ummu Jamil diabadikan Allah sebagai perempuan pembawa kayu bakar di Surah Al-Lahab. Bahkan Allah SWT langsung memberikan vonis bagi abu lahab dan istirnya, dalam Qs Al-Lahab,

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.  Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. Al Lahab: 1-5)

Abu Lahab mengembuskan napas terakhirnya pada tahun 2 Hijriah atau setelah perang badar. Oleh keluarganya, jenazah musuh Nabi Muhammad itu dibiarkan membusuk di rumah selama 2-3 malam.

Selama tiga hari, jasadnya dibiarkan tergeletak tanpa ada yang bersedia menguburkan. Para warga tidak berani mendekati jasadnya. 

Akhirnya karena bau busuk yang kian menjadi, maka digali juga sebuah lubang kubur baginya. Bangkai Abu Lahab didorong-dorong dengan sebilah kayu sampai masuk lubang.

Tidak hanya itu, prosesi penguburan pun berlangsung secara mengenaskan. Dari jauh warga melempari kuburan tersebut dengan batu hingga mereka yakin betul jasadnya telah tertutup rapat. Ya sebuah tragedi kematian yang lebih hina dari kematian seekor ayam sekalipun.

Itulah akhir hayat yang dialami oleh manusia yang sombong kepada Allah dan menolak risalah Nab iNya shallaallahu alaihi wa sallam. 

Dari kisah Abu Lahab kita belajar bahwa, hubungan kekeluargaan dan harta yang berlimpah dapat bermanfaat jika itu dibangun di atas keimanan. Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Lahab punya kedekatan dalam kekerabatan, namun hal itu tidak bermanfaat bagi Abu Lahab karena ia tidak beriman.

Wallahu a`lam.