Beberapa wilayah di Indonesia dilanda kekeringan akibat kemarau cukup panjang.

Kekeringan yang melanda Indonesia dalam beberapa bulan terakhir telah menciptakan berbagai masalah serius, termasuk krisis air bersih, kerusakan pertanian, krisis pangan, dan dampak kesehatan lainnya.

Bahkan di beberapa daerah termasuk di wilayah jawa Barat, sudah banyak lembaga lembaga filantropi yang memberikan bantuan air bersih kepada daerah yang membutuhkan.

Kekeringan merupakan salah satu bencana bagi kehidupan manusia, juga makhluk hidup yang lain. Karena itu, jika kekeringan sudah mulai menyapa, maka kita harus memperbanyak taubat dan memohon ampun kepada Allah SWT, seraya berdoa agar segera diturunkan air hujan.

Bencana kekeringan semacam ini pun pernah terjadi di zaman Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah di Madinah. Pada saat itu, sejarah menyebutkan bahwa selama 9 bulan berturut-turut Madinah tidak mendapatkan guyuran hujan.

Saking hebatnya penderitaan, masyarakat sampai menyebut tahun tersebut sebagai ‘ammu ramad (tahun debu) akibat tebalnya debu yang ditimbulkan karena saking keringnya wilayah Madinah.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Asy-Sya’bi, sebenarnya saat itu, Umar bin Khattab sudah mengupayakan untuk berdoa meminta hujan, namun belum juga diijabah oleh Allah SWT.

Umar merasa bahwa doanya belum diijabah karena beliau dan umat belum memperbanyak bacaan istighfar. Beliau lantas membaca ayat Al-Quran,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohon ampunlah kepada Tuhanmu – sesungguhnya Dia Maha Pengampun – niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, memperbanyak harta dan anak-anakmu, menyediakan untukmu kebun-kebun, dan menyediakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

Sesudah dirasa cukup memperbanyak bacaan istighfar, Umar bin Khattab kemudian berdoa dengan Tidak lama sesudah Umar berdoa, kemudian turunlah hujan. Kisah ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Sahih Bukhari, riwayat Anas bin Malik.

Berikut beberapa doa meminta hujan yang di anjurkan dibaca saat kemarau panjang

اَللَّهُمَّ اَنْتَ اللهُ لَاإِلَهَ إِلاَّ اَنْتَ اْلغَنِيُّ وَنَحْنُ اْلفُقَرَاءُ ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا اْلغَيْثَ ، وَاجْعَلْ مَا اَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلاَغاً إِلَى حِيْنٍ

Allohumma antallahu la ilaha illa antal ghaniyyu wa nahnul fuqoro-u anzil ‘alainal ghaitsa waj’al ma anzalta lana quwwatan wa balaghan ila hinin.

“Ya Allah, Engkau adalah Allah, tiada Tuhan melainkan Engkau yang Maha Kaya dan kami sangat butuh, turunkan atas kami hujan dan jadikan apa Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami dan bekal sampai masa yang ditetapkan”

Doa Rasullah saat khutbah IIstisqa

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اَلْعَالَمِينَ, اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ, مَالِكِ يَوْمِ اَلدِّينِ, لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ, اَللَّهُمَّ أَنْتَ اَللَّهُ, لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, أَنْتَ اَلْغَنِيُّ وَنَحْنُ اَلْفُقَرَاءُ, أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ, وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ عَلَيْنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ

Alhamdulillāhi rabbil ālamīn. Arrahmānir rahīm. Māliki yaumid dīn. Lā ilāha illallāhu yaf’alu mā yurīd. Allahumma antallāhu. Lā ilāha illā anta. Antal ghaniyyu wa nahnul fuqara`. Anzil ‘alainal ghaitsa waj’al mā anzalta ‘alainā quwwatan wa balaghan ilā hīn.

Artinya, “Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Yang menguasai hari Pembalasan. Tidak ada tuhan yang layak disembah kecuali Allah. Dia melakukan apa saja yang dikehendaki.

Ya Allah, Kau adalah Allah. Tidak ada tuhan yang layak disembah kecuali Engkau. Kau Maha Kaya. Sementara kami membutuhkan-Mu. Maka turunkanlah hujan kepada kami. Jadikanlah apa yang telah Kau turunkan sebagai kekuatan dan bekal bagi kami sampai hari yang ditetapkan,” (HR Abu Dawud).

اَللَّهُمَّ جَلِّلْنَا سَحَابًا, كَثِيفًا, قَصِيفًا, دَلُوقًا, ضَحُوكًا, تُمْطِرُنَا مِنْهُ رَذَاذًا, قِطْقِطًا, سَجْلًا, يَا ذَا اَلْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Allāhumma jallilnā saḥāban, katsīfan, qashīfan, dalūqan, dhaḥūqan, thumthirunā minhu radzādzan, qith-qithan, sajlan, yā dzal jalāli wal ikrām.

Artinya, “Ya Allah ratakanlah hujan di bumi kami, tebalkanlah gumpalan awannya, yang petirnya menggelegar, dahsyat, dan mengkilat; sebuah awan darinya Kau hujani kami dengan tetesan deras hujan yang kecil, rintik-rintik, yang menyirami bumi secara merata, wahai Zat yang Maha Agung lagi Maha Mulia,” (HR Abu Awanah).

Selain dengan doa, kita harus sadar bahwa menjaga kelestarian alam adalah tugas manusia. Perubahan iklim, pemanasan global, dan aktivitas manusia yang merusak lingkungan juga berkontribusi pada perubahan cuaca ekstrem seperti kemarau panjang ini.

Oleh karena itu, sambil berdoa, kita juga harus berupaya melindungi dan menjaga alam agar tidak semakin terancam.

Wallhualam bisahawab