Setiap manusia selalu dihadapkan pada persoalan hidup, mulai dari persoalan dengan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan masyarakat yang menimbulkan sebuah perubahan-perubahan hidup dan sebagian menghasilkan sebuah keputusan yang tidak sesuai harapan.
Sehingga berdampak pada ketidaktepatan dalam memaknai sebuah peristiwa yang terjadi dalam hidupnya sehingga menimbulkan prasangka-prasangka yang tidak baik yang bersumber dari dirinya.
Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hujurat : 12)
Dalam Islam, seorang Muslim selalu dianjurkan untuk memiliki akhlak atau sikap terpuji salah satunya husnudzan.
husnudzan berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu “Husnu” yang artinya kebaikan, dan “Az-Zan” yang berarti dugaan kuat atau prasangka.
Jika disederhanakan,husnudzan merupakan prasangka baik yang harus ditanamkan dalam diri setiap umat Muslim agar dapat menilai sesuatu dari segi yang positif.
husnudzan atau berprasangka baik pada Allah merupakan ahlak yang diajarkan pada seorang muslim.
Jabir berkata bahwa ia pernah mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat tiga hari sebelum wafatnya beliau,
لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ
“Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnu zhon pada Allah” (HR. Muslim no. 2877).
Selain berprasangka baik kepada orang lain, yang terpenting umat Islam juga diajarkan untuk selalu berhusnudzon kepada takdir Allah SWT.
Berikut Manfaat memilki sikaf husnudzan kepada Allah SWT,
husnudzan akan menanamkan sikap tawakal
Tawakkal adalah bersandar kepada Allah Swt ketika ada keperluan, bergantung kepada Nya ketika dalam kesempitan, dan yakin kepada Nya ketika mendapatkan musibah.
kusnudzon akan menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia karena menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa semaksimal mungkin, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah.
Bertawakkal bukan berarti berpangku tangan, berdiam diri menanti datangnya rezeki tanpa berusaha. Tetapi tawakkal berarti berusaha sungghsungguh dan pasrah kepada Allah Swt, serta percaya akan pertolongan Allah.sebagai zat yang menciptakan dan mengatur kehidupan manusia.
Mendatangkan Ketenangan Jiwa
Sikap husnudzan mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup karena meyakini apa pun yang terjadi adalah atas kehendak Allah.
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
Artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah,” (QS Al Hadid Ayat 22)
Dengan husnudzan, manusia menerima keadaan dengan penuh ikhlas dan kesabaran dalam menerima realitas kehidupan. Apabila sedang ditimpa kesusahan dan kepedihan dalam hidup, namun tetap ikhlas dan sabar dalam menerimanya.
hal ini akan menjadi investasi ruhani dan akan sampai pada cita-cita luhur yakni merasakan nikmat dan kasih sayang Allah Swt. Puncak dari husnuzan adalah tawakkal kepada Allah Swt. Orang yang tawakkal selalu menggantungkan diri dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Swt.
Semoga kita termasuk golongan orang orang yang selalu berprasangka baik Aamiinn..
Wallahualam Bishawab..