Euforia sepakbola masih bergeliat di Tanah air Indonesia, salah satu alasannya adalah Timnas sea games Indonesia baru saja mengukir sejarah, dengan memenangkan medali emas, setelah puasa gelar hampir 32 tahun.
Terlepas dari jalannya pertandingan final yang begitu sengit, ada hal yang menarik yang sering dilakukan oleh skuad Garuda Muda, terutama ketika berhasil membobol gawang lawan, yakni sujud syukur.
Ketika mencetak gol ke gawang lawan, para pemain timnas dan staf kepelatihan kerap melakukan sujud syukur dalam merayakan gol tersebut, bahkan dari mulai fase grup sampai babak final, hampir setiap mencetak gol mereka selalu sujud syukur.
Memangnya dalam Islam apa sebenarnya sujud syukur itu? kemudian bagaimana memandang sujud Syukur tersebut?
Dalam agama Islam, sujud syukur ini disyari’atkan sebagaimana dalam pendapat Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Ibnul Mundzir, Abu Yusuf, fatwa dari Muhammad bin Al Hasan Asy Syaibani, dan pendapat sebagian ulama Malikiyah.
Dalil disyari’atkannya sujud syukur adalah,
عَنْ أَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ سُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ.
Dari Abu Bakroh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika beliau mendapati hal yang menggembirakan atau dikabarkan berita gembira, beliau tersungkur untuk sujud pada Allah Ta’ala. (HR. Abu Daud no. 2774. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kemudian dalil lainnya,
Dari Al-Bara’ bin ‘Aazib radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus Ali ke Yaman–lalu disebutkan kelengkapan haditsnya–, lalu Al-Bara’ mengatakan,
“Ali menuliskan surat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berisi keislaman mereka (penduduk Yaman). Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat tersebut, beliau tersungkur sujud.” (HR. Al-Baihaqi 2:404)
singkatnya, sujud syukur dilakukan ketika kita mendapat sesuatu hal yang menggembirakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, karena sujud syukur itu disunnahkan ketika ada sebabnya. Inilah pendapat ulama Syafi’iyah dan Hambal
Seperti dijelaskan dalam Ghayah Al-Muqtashidin Syarh Manhaj As-Salikin (1:281-282) disebutkan, “
“ Sujud syukur dipraktikkan ketika mendapatkan nikmat khusus atau nikmat umum pada kaum muslimin. Sujud syukur bukan dilakukan untuk nikmat yang terus menerus (dawam), tetapi berlaku untuk nikmat yang jarang-jarang didapat. Begitu pula sujud syukur disyariatkan ketika terselamatkan dari suatu musibah khusus ataupun musibah umum pada kaum muslimin”
Dalam Islam tata cara sujud syukur, yaitu dengan sekali sujud. Ketika akan sujud, hendaklah dalam keadaan suci, menghadap kiblat, lalu bertakbir, kemudian melakukan sekali sujud. Bacaan yang dibaca sama bacaan ketika sujud dalam shalat. Kemudian setelah itu bertakbir kembali dan mengangkat kepala.
Lalu bagiamana saat Timnas mencetak gol , mereka sujud syukur tanpa menghadap kiblat dan tanpa bersuci
Sujud syukur tidak disyaratkan untuk bersuci. Inilah pendapat ulama Malikiyyah, Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Asy-Syaukani, Ash-Shan’ani, Ibnu Baz, dan Ibnu ‘Utsaimin (Mulakhkhash fii Fiqh Al-‘Ibaadaat, hlm. 257)
Beliau berpendapat bahwa sujud syukur tidak disyaratkan (harus) menghadap kiblat, juga tidak disyaratkan bersuci karena sujud syukur bukanlah shalat. Hal-hal tersebut hanyalah disunnahkan saja dan bukan syarat, meskipun masih terdapat perbedaan pendapat dalam masalah ini.
Tentu kita patut bersyukur, karena Timnas muda Indonesia dapat mengaharumkan nama Indonesia, ditambah mereka juga secara tidak langsung memberikan contoh nilai-nilai Islam dan menyebarkan cara-cara islam dalam mendapatkan kegembiraan, juga mereka memberikan pesan kepada dunia bahwa dengan bersyukur mereka bisa mendapatkan tujuan untuk menjuarai Sea games dalam cabang olah raga sepakbola
Seperti janji Allah dalam QS Ibrahim
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ…….
“Dan (ingatlah) tatkala Pemelihara kalian mengumumkan bahwasanya jika kalian bersyukur, maka sungguh Aku akan tambah untuk kalian (akan nikmat)…………. (QS Ibrahim : 7)
wallahualam bishawab