Sesungguhnya nikmat Allâh Azza wa Jalla kepada manusia sangat banyak. Di antara nikmat besar yang Allâh Azza wa Jalla anugerahkan kepada para hamba-Nya, adalah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seluruh manusia.

 Allâh Azza wa Jalla berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah [al-Ahzâb/33:21]

terkait sifat suri tauladan Rasullallah, terdapat suatu kisah yang mulia, tentang sikap Rasulullah dalam menghadapi orang orang yang membenci dan mencaci maki, sikap itu tercermin ketika Rasulullah melihat seorang pengemis buta tua, yang setiap harinya menjelek jelekan pribadi Rasulullah Saw.

Pagi hari disudut pasar madinah, ada seorang pengemis tua buta, yang sedang berteriak dengan mengeluarkan kata kata cacian kepada Rasul Muhammad SAW,

“Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya,”

setiap ada orang yang mendekatinya ia selalu berpesan, “ Jangan dekati orang yang bernama Muhammad”. Caciann tersebut terus menerus ia lakukan setiap harinya, sampai akhirnya Rasul Muhammad Saw, mengetahui hal tersebut.

Lalu apa yang dilakukan Rasullah Saw terhadap pengemis buta yang selalu mencaci makinya setiap hari itu??

Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun, Rasulullah menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu. Saat Rasulullah menyuapinya, si pengemis Yahudi itu tetap berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad.

“ Jangan dekati orang yang bernama Muhammad, dia seorang penyihir dan Pembohong”,

Rasulullah SAW menyuapi pengemis Yahudi itu hingga menjelang wafat. Setelah kewafatan Rasulullah, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari rumah Aisyah dikunjungi oleh ayahnya Abu Bakar yang kemudian bertanya, “Anakku, adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?”

Aisyah menjawab ayahnya, “Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja”

Abu Bakar  kemudian bertanya kembali “Apakah Itu?”.

Aisyah pun menjelaskan bahwa, Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana.”

Abu Bakar r.a pun pergi ke pasar untuk mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan pada keesokan harinya.

Namun, ketika Abu Bakar menyuapinya, pengemis itu marah dan berteriak, “Siapakah kamu?”

Abu Bakar pun menjawab, “Aku orang yang biasa.”

Pengemis buta itu kembali berteriak mengatakan

 “Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku, Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri.”

Seketika, air mata Abu Bakar tidak dapat terbendung dan kemudian menangis seraya mengatakan, 

“Aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.”

Pengemis itu pun ikut menangis setelah mendengar cerita Abu Bakar r.a dan mengatakan “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.”

Dan di hadapan Abu Bakar r.a, pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat.

meskipun banyak ulama yang mempertanyakan kebenaran kisah tersebut, akan tetapi kita ambil (Ibrah) hikmah yang terkandung dalam kisah tersebut, 

  1. bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah insan yang terbaik, memiliki budi pekerti yang paling luhur, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung [al-Qalam/68:4]

  1. Memilki sifat Kesabaran, dalam menghadapi cobaan atau kejadian yang tidak menyenangkan dan kemampuan untuk menerimanya dengan sepenuh hati.
  1. Mengajarkan arti penting toleransi dalam hal membantu sesama manusia