Al-Qur`an adalah wahyu yang di turunkan Allah kepada Nabi Muhammad S.A.W. melalui malaikat Jibril. Dalam kedudukannya sebagai kitab suci ia memilki arti penting bagi kehidupan manusia terutama kaum muslimin. Al-Qur`an berisi petunjuk sekaligus pedoman untuk melaksanakan ibadah baik yang bersifat pribadi maupun sosial. Membaca, mempelajari dan mengajarkannya kembali serta menerangkan makna dan hukum-hukumnya kepada manusia, termasuk dalam kategori amalan yang paling baik dan mulia. Kebaikannya tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.

Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَعَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – :

(( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ )) رَوَاهُ البُخَارِيُّ

“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari, no. 5027).

Menurut Ibnu Qayyim, maksud dari mempelajari dan mengajarkan Al-Qur`an itu mencakup mempelajari dan mengajarkan huruf-huruf juga mempejari dan mengajarkan maknanya. Yag kedua ini malah yang lebih utama karena makna itulah yang dimaksud dengan tujuan mempelajari Al-Qur’an,  Sedangkan lafaz hanyalah wasilah (perantara). (Miftah Daar As-Sa’adah, 1:277).

 Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah telah menjelaskan :

فالقرآن الكريم نزل لأمور ثلاثة: التعبد بتلاوته، وفهم معانيه والعمل به

“Al-Qur’an itu diturunkan untuk tiga tujuan: beribadah dengan membacanya, memahami makna dan mengamalkannya”.

Ketiga perkara ini sama-sama pentingnya, sama-sama baiknya, sama-sama menjadi tujuan diturunkannya Al-Qur`an! Pertama, tujuannya adalah beribadah kepada Allah dengan cara membacanya, tentu membacanya harus benar sesuai dengan ilmu tajwid. Kedua, memahami maknanya melalui terjemahan, tafsir dan kajian-kajian dari para ‘ulama.  Ketiga, mengamalkannya, yaitu apa yang menjadi ketetapan Allah di taati dan dilaksanakan bersama secara bertahap dan berkesinambungan. Ketika seseorang baru meraih salah satu dari tiga perkara itu dengan baik, berarti baru meraih sepertiga dari tujuan diturunkannya Al-Qur`an, oleh karena itu jangan merasa puas dengan hanya membacanya tetapi terus pelajari isinya, kemudain ‘amalkan dalam kehidupan sehari hari.

ada sebuah kisah menarik ketika berbiicara tantang keutamaan belajar dan mengajarkan Al-Qur`an, kisah yang diriwayatkan dari Uqbah bin Amir Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam suatu ketika keluar  dari rumah beliau, sewaktu kami sedang berada di Shuffah. Beliau bersabda:

“Siapakah di antara kamu yang mau pergi ke Buthan atau Al-‘Aqiq setiap hari, kemudian pulang dengan membawa dua ekor unta yang bagus-bagus, tanpa harus melakukan dosa atau memutuskan tali silaturahim?” Lalu kami (para sahabat) menjawab: “Kami semuanya ingin mendapatkan itu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Apa yang menghalangimu pergi ke masjid untuk belajar (Al-Qur‟an) atau membaca dua ayat dari kitab Allah Subhanahu wa Ta‟ala, karena hal itu lebih baik dari dua ekor unta. Dan membaca tiga ayat, maka hal itu lebih baik dari tiga ekor unta. Dan empat ayat, maka hal itu lebih baik dari empat ekor unta dan selanjutnya setiap hitungan ayat yang sama dengan hitungan unta.”

Dalam hadits di atas, Nabi Shalallahu `alaihi wasallam telah membuat satu perumpamaan yang sangat menakjubkan dan sarat dengan pelajaran, karena berisi dorongan dan motivasi tinggi bagi kita untuk selalu mempelajari Al-Qur`an dan untuk memperbanyak datang ke masjid dengan maksud mempelajari Al-Qur`an. Karena di sana ada kedamaian dan ketentraman serta melepaskan diri dari keterikatan hati terhadap kesibukan dunia. Beliau juga menerangkan bahwa mempelajari satu ayat dari kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka hal itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengibaratkan pahala orang yang mempelajari Al-Qur`an dengan unta, karena unta merupakan kebanggaan dan harta simpanan termahal bagi bangsa Arab pada permulaan Islam.

Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam telah mendorong umatnya untuk mempelajari kebaikan dan mengajarkannya kepada orang lain. Bagi orang yang berbuat demikian akan disediakan pahala orang yang melaksanakan haji secara sempurna. Beliau bersabda:

“Barangsiapa yang pergi ke masjid, tidak bertujuan melainkan untuk mengetahui kebaikan atau mengajarkan (kepada orang lain), maka baginya pahala orang yang menunaikan haji sempurna”. (HR. Al-Thabarani dalam Al-Kabir, 8/94)

Tidak diragukan lagi bahwa mempelajari dan mengajarkan Al-Qur`an termasuk urutan pertama dari kebaikan yang harus dilakukan. Di dalam hadits yang lain, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memberitahukan bahwa orang yang mempelajari kebaikan dan mengajarkannya (kepada orang lain), maka kedudukannya sama seperti orang berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Shalallahu `alaihi wasallam bersabda:

Barangsiapa yang datang ke masjidku ini (masjid Nabawi, dia tidak mendatanginya kecuali denga tujuan mempelajari kebaikan atau mengajarkannya (kepada orang lain), maka kedudukannya sama seperti orang yang berjihad di jalan Allah. Dan barangsiapa yang datang (ke masjid) dengan tujuan selain itu, maka kedudukannya sama seperti orang yang melihat harta dunia milik orang lain. (HR. Ibnu Majah)(1/82), no. 227

Sangatlah beruntung jika kedudukan orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya kepada orang lain, disamakan kedudukannya dengan orang yang berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala; itu karena dia telah berjihad melawan hawa nafsu dan keinginan-keinginan hatinya serta bersungguh sungguh mengikat dirinya dengan halaqah Al-Qur`an yang diberkahi. Ia tinggalkan dunia sementara waktu dengan segala keindahannya, sehingga ia berhak mendapatkan kemuliaan yang agung ini, sebagai balasan yang setimpal.

Wallahu a’lam bish-shawab..