Uwais bin ‘Amir al-Qarni, merupakan seorang pemuda yang tidak terkenal, miskin, dan memiliki penyakit kulit. Tak ada orang yang mengenalnya bahkan namanya pun tak pernah dikenal. Namun ia merupakan pemuda yang pernah disebut oleh Rasulullah SAW sebagai pemuda yang sangat dicintai oleh Allah dan terkenal di langit, ia memang tidak se terkenal Umar bin khatab, Utsman bin Affan dan sahabat-sahabat nabi lainnya, akan tetapi Uwais al-Qarni menjadi salah satu sahabat nabi yang disebutkan dalam hadist menjadi salah satu tabiin terbaik sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim,
“Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang pria yang bernama Uwais. Ia memiliki seorang ibu dan dulunya berpenyakit kulit (tubuhnya ada putih-putih). Perintahkanlah padanya untuk meminta ampun untuk kalian,” (H.R Muslim dari Umar)
Lalu bagaimana seorang pemuda biasa, bisa dikategorikan sebagai salah satu sahabat nabi (Tabiin) yang terbaik? kira kira amalan apa yang membuat Uwais bin ‘Amir al-Qarni memilki keutamaan yang luar biasa tersebut sehingga dikenal oleh penduduk langit bahkan Umar bin Khatab sampai meminta untuk didoakan melalui perantaranya?
Uwais al-Qarni, dikenal sebagai sosok anak yang berbakti kepada orang tuanya terutama kepada Ibu nya. Ia hidup sejaman dengan Nabi, namun tidak pernah bertemu dengan Nabi. Bisa jadi karena ia tidak bisa meninggalkan ibunya. Sibuk untuk berbuat baik kepada ibunya, seperti Ashbagh bin Yazid rahimahullah menyatakan:
إِنَّمَا مَنَعَ أُوَيْسًا أَنْ يُقَدِّمَ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِرُّهُ بِأُمِّهِ
“Sesungguhnya yang menghalangi Uwais untuk datang menemui Rasulullah shollallahu alaihi wasallam adalah kesibukannya dalam berbakti kepada ibunya” (riwayat Ahmad dalam az-Zuhud, Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’)
Uwais al-Qarni memiliki amalan mulia yaitu berbakti kepada Ibunya, bahkan Nabi shollallahu alaihi wasallam sendiri yang menilai Uwais sebagai seorang anak yang berbakti. Dikutip dari buku Kisah Kehidupan Uwais al Qarni sang Penghuni Langit Kekasih Tuhan Semesta Alam, karya Muhammad Vandestra, bahwa suatu waktu Ibu Uwais Al Qorni meminta untuk diberangkatkan haji,
“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji,” pinta sang ibu
Mendengar permintaan sang ibu, Uwais pun bingung dan termenung sejenak. ia mengetahui bahwa perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh, melewati padang tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta, lantas bagaimana hal itu dilakukan Uwais yang sangat miskin dan tidak memiliki kendaraan?.
Kemudian untuk mengabulkan permintaan sang Ibu, Uwais membeli seekor anak lembu, anak lembu itu ia gunakan untuk melatih kekuatan otot dan ketahanan tubuh, setiap hari ia menggendong anak lembu itu naik turun bukit, bahkan sampai dikatakan gila oleh orang orang sekitar, karena menggendong anak lembu tersebut setiap hari. Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik-turun bukit, makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar pula tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan setiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.
Akhirnya 8 bulan berlalu, anak lembu yang ia beli dahulu, kini beratnya sudah mencapai 100 kg, kemudian musim haji pun tiba, artinya ia harus bisa memberangkatan Ibu nya pada tahun itu, lalu apa yang ia lakukan untuk mengabulkan permintaan Ibu nya itu?, Subhanallah, Uwais menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya itu, ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya. Ibunya terharu dan bercucuran air mata karena ia dapat melihat Baitullah, di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa.
“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais.
“Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu keheranan.
Uwais menjawab,
“Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta, mengabulkan keinginan Ibunya yang sangat mustahil jika melihat keadaan, tapi karena tekad, dan kecintaan Uwais terhadap Ibunya, ia melakukan apapun untuk mengabulkan keinginan Ibunya, akhirnya Allah subhanahu wata’ala pun memberikan karunia untuknya. Uwais seketika itu juga sembuh dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya.
Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuknya Uwais tersebut? Itulah tanda untuk Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat Rasulullah untuk mengenali Uwais. Beliau berdua sengaja mencari di sekitar Ka’bah karena Rasulullah berpesan, “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kalian berdua, pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.”
Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah haru Uwais al-Qarni?, kita mendapatkan pelajaran berharga bahwa berbakti kepada orang tua telah diajarkan dan dicontohkan oleh umat islam terdahulu. Bahkan ketika seseorang berbakti kepada kedua orang tuanya, berarti secara tidak langsung ia telah berbakti pula kepada Allah dan Rasulnya. Berbakti kepada ibu adalah suatu amalan yang sangat mulia. Bahkan, Sahabat Nabi Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma pernah menyatakan:
إِنِّي لَا أَعْلَمُ عَمَلًا أَقْرَبَ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ بِرِّ الْوَالِدَةِ
Sesungguhnya aku tidak mengetahui adanya suatu amalan yang lebih mendekatkan kepada Allah ‘Azza Wa Jalla selain berbakti kepada ibu (H.R al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, dishahihkan Syaikh al-Albaniy)
Sahabat Nabi Ibnu Umar radhiyallahu anhu pernah menasihati seseorang bahwa jika ia berbuat baik pada ibunya, akan menghantarkan dirinya ke dalam Surga. Selama ia tinggalkan dosa-dosa besar, dan itulah yang Uwais Al-Qorni contohkan kepada kita semua.
Wallahu A’lam Bishawab