78 Tahun Indoensia merdeka  dan  menjadikan Indonesia merupakan negara yang berdaulat, setelah ratusan tahun dijajah oleh negara lain.

Dalam Amanat UUD 1945 , Bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, untuk itu kita sambut kemerdekaan dengan suka cita dan rasa syukur.

Menurut KBBI, kemerdekaan sendiri bermakna keadaan berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya) atau kebebasan.

Menurut bahasa Arab, kemerdekaan berasal dari kata Al-Istiqlal. Sehingga hari kemerdekaan bisa disebut juga dengan Ied Al-Istiqlal.

Padanan kata bebas ini dalam bahasa Arab disebut juga al-hurr, dengan bentuk verbanya kebebasan adalah al-hurriyah.

Meskipun di dalam Alquran tidak secara tersurat menyebutkan kata kemerdekaan, tapi secata tersirat terdapat beberapa ayat yang berbicara tentang kemerdekaan.

Dalam rangka menyambut kemerdekaan NKRI yang ke 78 ini, berikut ayat-ayat tentang kemerdekaan dalam Alquran. 

  1. Pertama, makna kemerdekaan pada kisah perjalanan spritual Nabi Ibrahim alaihissalam dalam mencari Tuhan, yang tercantum dalam surah al-An’am ayat 76-79

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيۡهِ ٱلَّيۡلُ رَءَا كَوۡكَبٗاۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّيۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلۡأٓفِلِينَ ٧٦ فَلَمَّا رَءَا ٱلۡقَمَرَ بَازِغٗا قَالَ هَٰذَا رَبِّيۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمۡ يَهۡدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلضَّآلِّينَ ٧٧ فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمۡسَ بَازِغَةٗ قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَآ أَكۡبَرُۖ فَلَمَّآ أَفَلَتۡ قَالَ يَٰقَوۡمِ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّمَّا تُشۡرِكُونَ ٧٨ إِنِّي وَجَّهۡتُ وَجۡهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ حَنِيفٗاۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٧٩

Artinya: “Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, ‘Inilah Tuhanku.’ Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, ‘Aku tidak suka kepada yang terbenam. Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, ‘Inilah Tuhanku.’ Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, ‘Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.’

Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, ‘Inilah Tuhanku, ini lebih besar.’ Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.’ Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.'”

Perjalanan spiritual tersebut merupakan upaya Nabi Ibrahim untuk membebaskan hidupnya dari keyakinan yang diyakininya keliru, yaitu keyakinan nenek moyangnya menyembah berhala.

  1. makna kemerdekaan pada kisah Nabi Musa alaihissam ketika membebaskan bangsanya dari penindasan Fir’aun

Surah Al-Baqarah ayat 49

وَإِذۡ نَجَّيۡنَٰكُم مِّنۡ ءَالِ فِرۡعَوۡنَ يَسُومُونَكُمۡ سُوٓءَ ٱلۡعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبۡنَآءَكُمۡ وَيَسۡتَحۡيُونَ نِسَآءَكُمۡۚ وَفِي ذَٰلِكُم بَلَآءٞ مِّن رَّبِّكُمۡ عَظِيمٞ ٤٩

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir’aun dan) pengikut-pengikut Fir’aun. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada yang demikian itu merupakan cobaan yang besar dari Tuhanmu.”

Salah satu pelajaran dari kisah Fir’aun ini adalah Spirit kemerdekaan, merdeka dari segala penindasan terhadap kelompok yang lemah secara sosial.

Islam melarang umatnya saling menindas satu sama lain dengan alasan apapun. Melalui al-Qur’an, kita disuguhi kisah-kisah terdahulu, bagaimana nasib buruk menimpa penguasa yang zalim dan bagaimana pada akhirnya orang-orang yang terzalimi seperti kaum Nabi Musa diselamatkan oleh Allah.

  1. makna kemerdekaan dari Surat Al-Hujurat ayat 13

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”

Bangsa Arab pada masa jahiliyyah melihat seseorang bergantung pada nasabnya. Orang yang memiliki jalur nasab yang bagus akan sangat dimuliakan. 

Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki nasab bagus akan dipandang remeh. Ini kemudian menjadi cikal bakal munculnya fanatisme kesukuan yang berlebihan. Mereka menjadi terpecah-belah dan terkotak-kotak berdasarkan suku masing-masing. 

Untuk itulah alquran memeberikan tuntunan bahwa setiap suku/bangsa memiliki hak yang sama sebagai manusia untuk diperlukan secara adil  dan untuk saling mengenal.

Pada saat haji wada, Rasulullah SAW juga menyampaikan pesan kemerdekaan dalam khutbahnya, yang berbunyi:

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ إِلَى أَنْ تَلْقَوْا رَبَّكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هذَا فِيْ شَهْرِكُمْ هذَا فِيْ بِلَدِكُمْ هذَا …

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya darah dan hartamu haram bagimu satu dengan yang lain kecuali dengan jalan yang sah, sampai kamu sekalian berjumpa dengan Allah, sebagaimana keharaman atasmu pada harimu ini, pada bulanmu ini, dan di negerimu ini…” (HR Bukhari)

Pesan Rasulullah SAW menjadi landasan penguat atas penjabaran Ibnu ‘Asyur terkait kemerdekaan bahwa merdeka adalah bebas dari tekanan pihak lain, sehingga terjamin keamanan dan ketenteraman bagi diri maupun harta.

Semoga kita bisa mereferensikan nilai nilai kemerdekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Dirgahayu ken78 Republik Indonesia ..