Nabi Sulaiman AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an.

Nabi sulaiman merupakan nabi yang di anugerahi mukjizat yang unik dan luar biasa, salah satu mukjizat yang unik dari Nabi sulaiman adalah dapat berbicara dengan Hewan

Salah satu kisah adalah ketika nabi sulaiman bertemu gerombolan semut

Nabi Sulaiman Bertemu gerombolan semut

Kisah ini diabadikan dalam surah An Naml ayat 18-19 yang berbunyi,

(18) حَتّٰىٓ اِذَآ اَتَوْا عَلٰى وَادِ النَّمْلِۙ قَالَتْ نَمْلَةٌ يّٰٓاَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسٰكِنَكُمْۚ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمٰنُ وَجُنُوْدُهٗۙ وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ
(19) عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ

Artinya: hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”

Dia (Sulaiman) tersenyum seraya tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.

Dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

Dikisahkan, pada suatu hari Nabi Sulaiman as melakukan perjalanan ke daerah Thaif. Dalam perjalanan itu, ia membawa pasukan yang sangat banyak. 

Pasukan itu terdiri atas manusia, jin, dan burung-burung. Para jin dan manusia berjalan bersama Nabi Sulaiman as. Sedangkan, burung-burung terbang menaungi mereka dengan sayapnya.

Di tengah perjalanan, Nabi Sulaima AS dan pasukannya memasuki sebuah lembah. 

Di lembah itu ada banyak sarang semut. Melihat banyaknya pasukan yang dibawa Nabi Sulaiman as, para semut pun ketakutan. Mereka khawatir terinjak-injak pasukan besar itu.

Jirsan, raja semut yang berasal dari Bani Syishibban berkata pada semut yang lain, ”Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS an-Naml: 18).

Nabi Sulaiman AS mendengar dan mengerti apa yang dikatakan oleh ratu semut tersebut. Beliau pun tersenyum atas mukjizat yang dikaruniai untuknya.

Setelahnya, Nabi Sulaiman AS memerintahkan pasukannya untuk berhenti sejenak. 

Ia berkata, “Berhentilah sejenak. Kita memberi jalan untuk makhluk yang berlindung kepada Allah Ta’ala.”

Namun, pasukan Nabi Sulaiman AS tidak melihat satu pun makhluk yang melintas dan terlihat kebingungan. 

Nabi Sulaiman AS lalu berkata lagi, “Sehasta di depanku ada lembah semut yang berisi jutaan semut. Mereka tengah mencari tempat perlindungan agar tidak terlindas oleh kuda kita,”

Nabi sulaiman bertanya kepada semut tentang rezeki

“Wahai semut, berapa banyak engkau memperoleh rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun?”

Beliau bertanya demikian karena mengkhawatirkan semut-semut tersebut kekurangan makanan. 

Kisah ini juga membuktikan bahwa Nabi Sulaiman AS sangat memerhatikan kesejahteraan seluruh makhluk hidup.

“Sebesar biji gandum,” jawab semut tersebut.

Untuk membuktikan jawaban semut itu, Nabi Sulaiman AS pun melakukan percobaan. 

Beliau memelihara semut itu di dalam sebuah botol dengan beberapa butir gandum.

Setelah setahun lamanya, Nabi Sulaiman AS kembali membuka botol tersebut dan menemukan bahwa si semut hanya memakan sebagian biji gandum saja.

 Lalu, beliau bertanya, “Hai semut, mengapa engkau hanya memakan sebagian dan tidak menghabiskannya?”

Lalu, semut berkata, “Dahulu aku bertawakal dan pasrah kepada Allah. Dengan bertawakal kepada Allah, aku yakin bahwa Dia tidak akan melupakanku.”

Semut itu pun melanjutkan, “Ketika aku berpasrah kepadamu (nabi sulaiman), aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga bisa memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Karena itu aku harus menyisakan sebagian bekal untuk tahun berikutnya.”

kisah diatas diambil dari kitab Qashasul Anbiya’ karya Ibnu Katsir.

Dari kisah kisah tersebut, tentu terdapat pelajaran, bahwa, kita sebagai manusia harus memiliki rasa kepedulian terhadap makhluk hidup lainnya, termasuk di dalamnya hewan sekalipun, saling menjaga dan tidak merusak, kemudian kita diajarkan untuk selalu bersyukur atas nikmat yanh Allah berikan kepada kita,  dan tidak serakah.

Wallahu’lam.