10 November merupakan peringatan hari pahlawan yang senantiasa diperingati setiap tahun, sebagai cara untuk mengenang perjuangan para pahlawan bangsa terdahulu. Secara etimologis pahlawan berasal dari akar kata pahala, dan berakhiran wan, yang digabungkan menjadi pahlawan yang memiliki definisi seseorang yang pantas memperoleh pahala karena jasa jasanya dalam menegakan kebenaran.

Dalam konteks berbangsa dan bernegara, seseorang dijuluki pahlawan karena mereka memiliki jasa dalam memperjuangkan negara dan bangsa ini untuk memperoleh kemerdekaannya, begitupun dalam pandangan islam bahwa pahlawan adalah seorang muslim/Islam yang berjuang menegakan kebenaran ( al-haq ) dan memperoleh ridha Allah SWT.

Idealnya setiap pahlawan yang telah berjuang bagi bangsa dan negara pasti dikenal oleh masayakat, sebutlah Pangeran Diponegoro, RA Kartini, Cut Nyak Dien dan lain sebagainya. Tapi, ada hal yang luput dari pemikiran kita bahwa pahlawan tidak selalu harus terkenal!, kita dapat menjadi pahlawan dengan cara kita masing masing, seorang ayah dapat menjadi pahlawan bagi keluarganya dan seorang Ibu dapat menjadi pahlawan bagi anak nya. Yang terpenting bahwa yang dilakukan niatnya Limardhatillah wa li i’lai kalimatillah hiya l-‘ulya, untuk menegakan kebenaran dan mencari Ridha Allah SWT.

Ada sebuah kisah menarik, tentang seorang mujahid yang mati dalam perang dijalan Allah tapi dia masuk neraka, dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah ra, sebagaimana diriwayatkan Muslim dan Ahmad, berkata bahwa Nabi Saw bersabda:

sesungguhnya orang pertama yang akan diputuskan pada hari kiamat kelak adalah seorang yang mati syahid. Maka, dihadapkan kepada Allah dan diingatkan kepadanya akan nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya, dan hal itu diakuinya. Kemudian ditanya oleh Allah, ”Lalu, apakah amalanmu dalam nikmat itu?”

Jawabnya, ”Aku telah berperang untuk-Mu hingga mati syahid.” Maka Allah berfirman: ”Dusta kamu, tetapi kamu berperang untuk dikenal sebagai pahlawan yang gagah berani.” Lalu ia diseret oleh malaikat dan diperintahkan untuk dilempar ke dalam neraka

Dalam hadist shahih diatas dikisahkan, bagaimana seorang mujahid yang berperang sampai meninggal dunia, dan dia merasa ini karena Allah Ta’ala, tapi di sisi Allah tidak diterima. Karena niat berjuangnya itu ingin dianggap sebagai orang yang berani, seorang pejuang dan ingin dianggap sebagai seorang pahlawan. Artinya dari awal dia tidak memilki niat mencari ridha Allah SWT, dan ia salah alamat dari awal, alamatnya bukan lillahita’ala melainkan ingin mendapatkan pujian, pengakuan, dan penghargaan orang. Nah, di dalam Islam hal-hal seperti ini tidak bisa disebut pahlawan, tidak syahid, karena niatnya tidak lurus.

Ibrah dari peringatan hari pahlawan 10 november hari ini, bahwa setiap pahlawan tidak harus terkenal, dan setiap orang dapat menjadi pahlawan versi kita masing masing, yang terpenting adalah selalu berjalan dalam jalan kebenaran menyampaikan yang Haq (kebenaran) , sebagimana dijelaskan dalam sebuah hadist

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Dan yang paling penting dalam memaknai hari pahlawan kali ini adalah apa yang kita lakukan dan yang sedang diperjuangkan semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah Swt ,

Selamat Hari Pahlawan